topbella

Thursday, January 6, 2011

Dunia Violet part 1


Pagi ini nggak terlalu cerah. Matahari masih suka bersembunyi di balik awan yang kelam. Mungkin bakalan hujan lumayan deras hari ini. Violet terbangun dengan malas, dia bakalan lebih lama menikmati mimpinya kalau saja tak ada kiriman pesan singkat di HP nya. "Mbak, bisa ke kantor sekarang?" begitulah pesan singkat yang dia baca pagi ini.

"Ahh... dasar big bos nggak tau diri. Majuin jam kerja seenak udel nya sendiri" Violet menghujat sembari meremas gemes HP nya. Mendadak jiwa karyawannya muncul dan dia bergegas mengambil handuk untuk membasuh badan dan wajah sekaligus gigi seala kadarnya. Dilanjut berbedak dan bersisir seperlunya. Dilanjutkan dengan ritual Violet mengobrak-abrik meja riasnya demi mencari seonggok jepit, satu-satunya jepit rambut yang dia miliki. Namun setelah hampir 5 menit tak kunjung jua ketemu, Violet menyerah. Diapun membiarkan rambutnya tergerai semrawut lengkap dengan jin biru dan kaos berkerah andalannya di hari jumat. "Yap siap berangkat, hiyuuk mariikk" Violet bergumam di depan kaca.

Dari rumah kosnya ke kantor nggak terlalu makan waktu lama, cuma sekitar 10 menit. Sepanjang jalan, tak hentinya dia menyapa bapak dan ibu tetangga kosnya. Padahal sejujurnya, Violet sendiri nggak tau siapa mereka, dimana tepatnya rumah mereka dan siapa nama masing-masing dari mereka. Hanya dengan bermodal "sering liat mereka disekitar kos" sudah cukup untuk menyapa manusia-manusia itu. Sesampainya di kantor, big bos menyambut dengan segenap pertanyaan mengenai berbagai case pelanggan. Maklum saja, Violet bekerja disebuah perusahaan jasa yang nggak pernah sepi dari komplain para pelanggannya. Bukan karena pelayanan yang kurang sip, dan bukan juga karena produk yang kurang bagus. Tapi karena makin maraknya kompetitor dan seabreknya pelanggan yang menuntut harga murah dengan kualitas prima.

"oh..kalo bapak yogi ini, kemarin udah saya telp mas. Beliaunya belum bisa menggunakan produk kita di daerah tertentu. Terutama daerah rumahnya" Violet mendiskusikan salah seorang pelanggan dengan big bosnya. "berarti ini harus segera kita ekskalasikan ke pusat mbak. Hak akses kita belum mampu untuk case ini" bigbos menanggapi.

Sekitar 3 jam berlalu. Akhirnya Violet bisa bernafas lebih lega. Berhubung si bigbos memutuskan untuk terjun ke lapangan demi survey keluhan-keluhan pelanggan. Dan as usually, Violet sebagai penjaga kandang alias stay di kantor aja.

Tiba-tiba telp di mejanya berdering. "Halo.." mendadak Violet merasa merinding. Suara di ujung sana terasa sangat familiar di telinga Violet.

"iya, heiii...." mendadak rasa rindu menyeruak dalam benak Violet.
"sibuk nggak? mau nanya something" suara di ujung sana kembali terdengar
"hm.. nggak terlalu kok. Ada yang bisa kubantu?"
"Report yang diminta regional itu, dijadiin satu ama kamu ato sendiri-sendiri enaknya?"
"dijadiin satu aja gimana, kan bigbos nya sama"
"Baiklah kalo begitu, bentar lagi aku email ke kamu ya"
"Siap... i'm waiting"
"Makasih. Assalamualaikum"
"Sama-sama. Waalaikumsalam"

Violet meletakkan gagang telepon pada tempatnya setelah suara di ujung sana hilang dari peredarannya. Suara itu adalah suara reddy, cowok yang lagi deket ama violet. Belum ada komitmen diantara mereka, hanya sorot mata yang menunjukkan ada kedekatan dan keinginan lebih dekat terpancar. Pertemanan terjalin lebih dari 3 tahun telah memasuki tahap penumbuhan benih-benih cinta dalam diri violet. Namun sampai sekarang violet masih ragu, apakah benar rasa ini berbalas?

"aku akan buktikan ke kamu, dalam sebulan aku bisa dapetin cewek yang aku mau" reddy berucap kala candaan violet yang meragukan orientasi reddy pada wanita ataukan pada pria. Sejujurnya candaan itu tak ada maksud apapun, hanyalah gojlokan ringan karena violet tak pernah melihat si reddy jalan ama cewek manapun. Dan kebetulan pula si reddy nggak pernah cerita about cewek yang deket dengannya.
"hush...jangan kayak gitu. Jangan mempermainkan hati anak orang hanya untuk pembuktian aja. Aku tarik kembali deh kata-kataku. Kamu jantan kok... Hahahha" ujar violet kala itu.

Saat teringat dialog itu, violet kembali meragu. Rasa ini bener nggak ya? Rasa ini seharusnya ada nggak sih? Rasa ini harus kuteruskan tumbuh atau harus kupangkas sekarang?
"Let it flow aja deh, Toh rasa si reddy padanya juga belum tentu sejalan dengannya." kembali violet menekankan pemikiran dan persepsinya sendiri.

~~~ To Be Continued ~~~

0 komentar:

Post a Comment

 
Uniknya Memilih© DiseƱado por: Compartidisimo