topbella

Monday, January 31, 2011

Dunia Violet part 3

Kriiinnggg....kriiinnggg.... Dering ponsel violet memecahkan kesunyian kamar kos berukuran 3X3 meter itu. "Aku jadi kesana ya" suara daniel bergema di ujung sana. Hari ini hari minggu, saatnya liburan alias libur kantor. "Hhmm...iya boleh. Aku mandi dulu ya" jawab violet.
"Oke lah.. Kamu pengen sarapan apa? Aku bawain ya"
"Hm...donat ajalah. Aku males sarapan nasi"
"Halah..kamu mesti kayak gitu. Nggak. Kamu harus sarapan. Aku bawain ntar"
"I'm on diet dan... Udah hampir berhasil nih"
"Nggak mau tahu. Aku bawain"
"Ahh...terserah deh"
"Siip..assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"

Seperti biasa, pertengakaran kecil tentang makan dan makan.Maklum aja, daniel ini sahabat karib si violet yang paling suka makan. Bukan makan nasi aja, tapi juga nyamil. Makhluk yang harus dijauhi buat yang lagi diet. Dengan mata merem melek, violet bergegas mandi dan ganti baju. Pagi itu,ia kenakan kaos joger putih yang dipadupadankan dengan rok kain merumbai.

Krriiinng... Ponsel violet berdering lagi. Nama Buncit jelek terpampang di layar ponselnya. "Udah nyampe lo?" Seru violet sesaat setelah menempelkan ponsel ke telinga.
"Iya nih, aku dibawah. Turun dunk, GPL neeek"
"Iyaa...cerewet. Aku bawa sendok ga nih"
"Kagak usah"
"Oyyiii" Klik...telepon diakhiri.

Violet keluar kos lengkap dengan persenjataan buat si daniel yang rajin menyambanginya di minggu pagi. Sebotol air minum dan kipas lipat.
"Nih donat. Katanya mau donat tadi" kata daniel sembari menyodorkan plastik berisi 5 biji donat.
"Gila lo..banyak bener. Dikira aku gentong apa?"
"Ah..lu kan kantong makanan. Ga usah jaim gitu beib. Hahaha"
"Sialan lu... Emang setan ni anak"

Terpaksa violet melahap 2 biji donat, padahal targetnya cuma sebiji. Dan senyum penuh kemenangan pun disajikan daniel.

Violet dan daniel pertama kenal semasa SMA, dan persahabatan terjalin semenjak mereka menempuh kuliah di universitas yang sama. Sejujurnya violet sempet ada rasa yang lain sama si daniel. Karena kebiasaan mereka yang kata temen kos violet, udah kayak orang pacaran aja. Bayangin aja, ketika si violet jatuh dari sepeda di kampus. Si daniel ini yang paling panik, mondar mandir kayak setrikaan di depan UGD. Bahkan dulu sempet si violet ceroboh menghilangkan kalung temen kampusnya, violet kena damprat abis-abisan karena ntuh barang. Tapi secara ajaib, mendadak si temen kampus ini berkata "ga usah dipikin vi.. ternyata udah ketemu kok. Keselip di tasku". Awalnya violet bersyukur, setidaknya bukan salahnya menghilangkan benda keramat itu. Dan baru ketahuan sebulan kemudian, ternyata si daniel mbeliin kalung baru buat si temen kampus dan menyuruh nya bilang ke violet kalo ntuh kalung dah ketemu. Terlalu romantis untuk ukuran seorang teman.


Wajar jika muncul gosip di seantero kampus, bahwa mereka udah jadian. Kadang geli sendiri violet kalo keinget pernah suka ato pernah digosipin jadian ma si daniel. "Apa kata dunia nantinya kalau aku sampe jadian ama cecunguk satu ini. Makan doank kerjaannya" pikir si violet sampai sedetik yang lalu.

"Aku suka ma kamu" ujar daniel pagi itu. Cukup mengagetkan dan membuat violet eselek donat pastinya.
"Haaahhh???? iya dah.. aku juga suka ma kamu. Kamu lucu sih" jawab violet dengan ekspresi bercanda.
"Gue serius vi....." kembali daniel berucap. Dan kali ini violet terdiam. Dia teringat rasa sukanya dulu. Rasa suka yang sempet ia pertanyakan apakah sudah benar pada posisinya. Rasa suka yang sempet diyakini terbalas, namun lenyap saat daniel berkata bahwa violet tampak seperti adiknya. Kenapa harus sekarang daniel mengungkapkan rasanya? Kenapa tidak saat violet memiliki rasa yang sama.
"vi...." daniel membuyarkan lamunan violet.
"Kenapa dan... kenapa sekarang lo bilang kayak gitu?" ada selusup penyesalan mengalir dalam diri violet. Bukan menyesal karena violet masih suka. Tapi menyesal karena dia harus mengecewakan sahabat terbaiknya. Teringat akan 2 bulan komitmen antara violet dan reddy telah terjalin.
"Gue merasa, gue ga mampu dan gue ga pantas buat lo vi. Namun ternyata ada rasa tidak rela kalo liat lo ama reddy. Mendengar cerita-cerita lo ma dia, bikin gue pengen lo tahu, bahwa gue...." lidah daniel tercekat. Suaranya menghilang dalam dera sesal yang amat sangat. Sesal itu terpancar jelas di matanya.
"Dulu gue pernah bilang, gue menyayangi lo sebagai adik. Saat itu gue ngrasa lo bakalan tetap menunggu. Menunggu gue menata hidup gue. Lo cewek idaman vi... semua yang ada di lo, masuk dalam kriteria gue" lanjut daniel, violet masih terpaku dengan apa yang didengarnya pagi itu.
"Lo cewek polos dalam cinta. Dan pintar dalam banyak hal. Sederhana dan mampu membuat gue tertawa. Sepi rasanya kalo nggak ada lo vi" ucapan daniel makin membuat lidah violet kelu.

Detik jam terus berputar, dan dua insan itu masih tetap terpaku dengan kediaman masing-masing.

"Maaf dan.... kenapa harus kayak gini.... Waktu lo memutuskan untuk mengatakan bahwa lo menyayangi gue sebagai adik, harusnya tetap lo pertahankan sampai sekarang dan bahkan nantinya" suara violet memecahkan keheningan diantara mereka.
"Gue tahu.. dan gue benar-benar tahu posisi lo sekarang. Lo udah jadian ama reddy. Gue sadar akan hal ini" Nada sesal makin kentara dalam suara daniel
"Lalu kenapa lo kayak gini sekarang?" setitik amarah terpancar dalam suara violet
"Karena gue merasa putus asa. Tiap kali lo cerita tentang reddy. Tiap kali melihat pancaran kebahagiaan di mata lo. Gue ngrasa....." suara daniel lagi-lagi tercekat.
"Thanks dan..... Setidaknya lo dan gue tahu, seperti apa hubungan kita setelah pernyataanmu ini" ada nada tegas dalam ucapan violet
"iya gue tahu..... Dengan menjadi teman lo, setidaknya nggak ada kata perpisahan nantinya. Nggak seperti pacar, selalu ada akhir dalam sebuah komitmen. Menikah atau putus, setidaknya dengan menjadi temen lo, gue bisa tetep di sisi lo." senyum mulai mengambang di wajah dua insan ini
"Thanks dan.... lo emang bestfriend gue" ujar violet.

Sejam setelah pernyataan itu, daniel berpamitan pulang. Sejenak mereka saling bertatap di ambang pintu. Tatapan "good bye" yang nggak akan pernah dilupakan oleh violet.

Monday, January 24, 2011

Dunia Violet Part 2

Suara burung gereja bersautan di luar kamar kos. Bikin si empunya kamar terbuai, kebiasaan pagi hari yang disambut hangatnya mentari dan kicauan para "gerejawan" ini yang bikin si violet enggan pindah kos. Maklum aja, warga sekitar menamai rumah kos ini dengan sebutan yang kurang senonoh. Bukan karena anak kosnya yang nggak senonoh, tapi karena para lelaki sekitar kos yang punya otak nggak senonoh. Sehubungan dengan hal tersebutlah, kadang violet berpikir untuk mencari lokasi kos yang baru. Suasana baru dan lingkungan baru, yang lebih sehat tentunya. Namun apa daya, harga miring dengan fasilitas bintang 5 ya cuma di sini. Susah bener nyari fasilitas TOP dengan harga sesuai kantong. Endingnya, tetep nrimo apa kata tetangga lah. Cuek aja....



Hari ini bertepatan dengan hari kasih sayang. Yup, valentine days kalo kata anak muda jaman dulu, jaman sekarang dan bahkan mungkin di masa yang akan datang. Bagi violet tiap hari penuh dengan kasih sayang, tapi hari ini... berbeda. Hari ini hari bagi-bagi coklat dan sekaligus hari mengumpulkan coklat. Bukan untuk di makan seperti biasanya, tapi hanya sekedar di pajang dan dipamerin ke temen-temen kos tercinta. Dengan perhitungan siapa yang mendapat coklat terbanyak. Biasanya ada ritual perhitungan di tengah malam pergantian tanggal 14 februari ke 15 februari. Siapa yang dapet coklat terbanyaklah, yang harus mau di korbanin untuk jalan ke toko sebelah kos dan kemudian nitip ngejual semua coklat yang didapetin anak-anak sekos. Tahun lalu, hasil penjualan coklat bisa buat beli televisi 14" second untuk dinikmati para penghuni. Rada gokil memang, tapi ritual nitipin coklat ke toko sebelah ini yang bikin si violet kadang rada nakal dikit. Demi menghindari pasang tampang nitipin coklat buat dijual di toko sebelah, violet rela nyelipin sebungkus ato dua bungkus kado untuknya. Asal dia tidak di posisi puncak aja, sudah syukur banget.

Angka digital di jam duduk violet udah menunjuk angka 8:05 WIB. Berhubung tahun ini, hari valentine bertepatan dengan hari senin, tak ada waktu untuk menunggu para pangeran nganterin coklat ke kos. "Fiyuh... i hate monday" pikir violet pagi itu.

Nyampe di kantor, violet pun menyalakan komputer tercintanya dengan malas-malasan. Ditambah ngeliat si teman meja sebelah yang cuap-cuap tentang paginya yang begitu menyenangkan karena si doi hadir mendadak ke rumahnya dengan segepok bunga kamboja. Dalam hati violet, "bunga mawar ato tulip gitu pantes bangga. Di kasih bunga kamboja kok pamer, ga sadar kalo didoain cepet mampus ma pacarnya"

Belum selesai BT karena si tetangga meja, lha kok mendadak ada telp dari pak security. "Mbak ada tamunya di depan. Katanya udah janjian sama mbak violet"
"sudah janjian ma saya, siapa pak? saya nggak ada janji sama siapa-siapa"
"waduh kurang tau saya mbak, mbak violet keluar aja deh. Saya juga banyak kerjaan ini mbak" jawab bapak-bapak di ujung telp dengan nada jutek
"oh iya pak, suruh tunggu sebentar pak". Dalam hati violet menghujat tanpa ada habisnya. "dasar security nggak tahu diri, ditanyain nama orang yang nyari aku sapa malah jutek. Biarin kena azab, kakinya kecemplung kakus ampe mampus tuh bapak. Huh..."
Violet keluar dari ruangannya dan menuju ke lokasi si tamu sembari gebrok-gebrok lantai penanda emosi lagi merajalela.

Begitu sampai di lokasi para bapak security, violet celingak celinguk kayak orang nggak berguna alias orang nggak ada manfaat. Bagaimana tidak, disana tak ada satu manusiapun. Bahkan bapak securitynya nggak ada. Alhasil emosi jiwa merasuki raga violet seketika. Dengan tampang menggurutu dan telinga memanas dia mengangkat gagang telepon di ruang security. Berniat mencari si bapak jutek yang tadi telepon dan menyuruhnya segera keluar. Namun apa daya, tak ada seorang pun yang tau si bapak itu kemana. "Uh..dasar sialan nih orang. Bolos kerja pake melibatkan gue segala. Ga sopan banget. Liat aja ntar kalo aku udah jadi manager, dia duluan yang ku PHK. HHhuuhhhh" omel violet di ruang security.

Violet memutuskan untuk kembali ke mejanya. Dan ogah mikir sapa sebenarnya tamu yang mencarinya. "Masa bodo, ga ngerasa punya utang ke sapa-sapa. Jadi udah pasti tu tamu bukan penagih utang, setidaknya nggak akan nagih ntar di akhirat" batin violet mendongkol.


Dan violet ternganga melihat blackforest ada di mejanya. "Always thanks to God cause you still have somebody who and to love" tertulis manis di atas kue itu. Kembali beradegan celingak celinguk kebingungan dilakoni si violet. Dia tanya ke tentangga sebelah, "kue nya sapa ini?"
"ya punya lo lah. Di meja lo ini...Gimana sih" jawab si tetangga dengan tampang apatis. Mungkin dia teringat si doi yang memberi dia bunga kamboja dan mulai tersadar kalo sebenarnya si doi mendoakan dia cepet mampus.
"Trus yang bawa ni kue kesini sapa?"
"Pak security tadi. Katanya ada yang mau ngasih surprise. Makanya nyuruh lo keluar tadi" tetangga meja menjawab dengan tetep nada sewot
"ooohh...pantes, tak cariin di luar nggak ada. Trus pak security nya dimana sekarang" tanya violet lagi. Kali ini dengan nada lebih bahagia, karena ada kabar bakalan dapet surprise. Plus tampang merasa berdosa karena menghujat serta mendoakan dan bahkan berniat tak baik pada pak security tadi.
"mana gue tau. Lu kira gue bapaknya apa?" kata si tetangga meja semakin sewot
Demi menghindari kesewotan yang makin menjadi, violet memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan duduk di mejanya sembari mengamati kue di depan matanya. Terselip kartu ucapan di bawah kue itu, "be my soulmate" tertulis di kartu mungil berpita ungu.
Violet makin bertanya-tanya siapa gerangan pengirim kue ini? kenapa tak ada satu identitas pun di kue maupun di kartu ucapan itu. Heraaann....

"ciiieeee... blackforest valentine niihhh.... " para karyawan yang mulai mengendus bau makanan berbondong mendekati meja violet. Serasa para iblis dengan air liur menetes tanpa henti mendadak hadir mengelilingi violet. "iya nih, ada yang tahu sapa yang ngirim nih kue?" kembali violet bertanya, dan kali ini dengan wajah tersipu-sipu. "jangan-jangan si mas bos nih" si A menyeletuk asal, ga pake mikir. "ah bukan, palingan juga mas OB yang kemarin baru masuk itu. Kan suka curi pandang tuh ke lu vi" si B ikutan nyeletuk, yang ini pake mikir dikit. Cuma mikirnya pake dengkul. "Kayaknya bukan orang kantor sini deh" celetuk si C yang bikin violet mulai mengerutkan kening. "Sapa yang ngirim, gua nggak mau tahu. Yang gua mau, ni kue bisa gue makan kapan?" celetuk mas D dari belakang kerumunan. "Hahahha... iya dah... sini sini makan aja." violet menyerah dengan tatapan kelaparan para rekan kantornya itu.

Belum kelar rebutan kue para kaum duafa di mejanya, tiba-tiba ada sorak sorai di belakang punggung violet. Tak ayal violet pun menoleh, dan bagaikan lilin yang meleleh. Disana violet melihat sesosok makhluk adam yang memang dia harapkan ada disana. REDDY.
Reddy hadir menghampiri violet dengan membawa serangkai bunga mawar merah. Deg...deg..deg...deg... debaran hati violet makin nggak karuan. Wajah violet pun merona nggak berbentuk. Sorakan dari rekan kantor pun makin menjadi. Dan pisau kue yang ada di tangan makin tergenggam makin erat saking groginya.
"Hai vi... enak kue nya? nih aku tambahin" sapa reddy sembari menyerahkan rangkaian mawar dari tangannya.
"eh..jadi ini dari kamu? ya ampun... makasih ya.. bunganya bagus. So swet amat" jawab violet dengan usaha ngeless sekuat tenaga. Berharap reddy nggak mendengar suara detak jantung dan rona wajahnya.
"So... udah baca kartu ucapan di kue nya kan? ada jawaban buatku?" tanya reddy dengan senyuman maut yang bikin violet makin nggak berkutik.
"ah...eh.. hm...." kali ini violet benar-benar tergagap. Teringat "be my soulmate" tertulis manis di kartu itu. Dan yang berarti si reddy ngajak pacaran. Sorak sorai para karyawan makin riuh, makin memerahkan wajah violet hari ini.
"jawab dong sayang..." reddy kembali menggoda. Namun masih tampak gurat tegang akan jawaban violet tersirat di wajahnya. Seisi ruangan menunggu hampuir 15 menit sampai terdengar bunyi lirih dari bibir violet "I will"
Tepuk tangan menggema di seantero ruangan dan pelukan dari reddy mengagetkan violet, gerak reflek kembali memeluk reddy makin meriuhkan suasana kantor.

Dan hari ini, tepat pada hari kasih sayang. Komitmen antara reddy dan violet dimulai.

Thursday, January 6, 2011

Dunia Violet part 1


Pagi ini nggak terlalu cerah. Matahari masih suka bersembunyi di balik awan yang kelam. Mungkin bakalan hujan lumayan deras hari ini. Violet terbangun dengan malas, dia bakalan lebih lama menikmati mimpinya kalau saja tak ada kiriman pesan singkat di HP nya. "Mbak, bisa ke kantor sekarang?" begitulah pesan singkat yang dia baca pagi ini.

"Ahh... dasar big bos nggak tau diri. Majuin jam kerja seenak udel nya sendiri" Violet menghujat sembari meremas gemes HP nya. Mendadak jiwa karyawannya muncul dan dia bergegas mengambil handuk untuk membasuh badan dan wajah sekaligus gigi seala kadarnya. Dilanjut berbedak dan bersisir seperlunya. Dilanjutkan dengan ritual Violet mengobrak-abrik meja riasnya demi mencari seonggok jepit, satu-satunya jepit rambut yang dia miliki. Namun setelah hampir 5 menit tak kunjung jua ketemu, Violet menyerah. Diapun membiarkan rambutnya tergerai semrawut lengkap dengan jin biru dan kaos berkerah andalannya di hari jumat. "Yap siap berangkat, hiyuuk mariikk" Violet bergumam di depan kaca.

Dari rumah kosnya ke kantor nggak terlalu makan waktu lama, cuma sekitar 10 menit. Sepanjang jalan, tak hentinya dia menyapa bapak dan ibu tetangga kosnya. Padahal sejujurnya, Violet sendiri nggak tau siapa mereka, dimana tepatnya rumah mereka dan siapa nama masing-masing dari mereka. Hanya dengan bermodal "sering liat mereka disekitar kos" sudah cukup untuk menyapa manusia-manusia itu. Sesampainya di kantor, big bos menyambut dengan segenap pertanyaan mengenai berbagai case pelanggan. Maklum saja, Violet bekerja disebuah perusahaan jasa yang nggak pernah sepi dari komplain para pelanggannya. Bukan karena pelayanan yang kurang sip, dan bukan juga karena produk yang kurang bagus. Tapi karena makin maraknya kompetitor dan seabreknya pelanggan yang menuntut harga murah dengan kualitas prima.

"oh..kalo bapak yogi ini, kemarin udah saya telp mas. Beliaunya belum bisa menggunakan produk kita di daerah tertentu. Terutama daerah rumahnya" Violet mendiskusikan salah seorang pelanggan dengan big bosnya. "berarti ini harus segera kita ekskalasikan ke pusat mbak. Hak akses kita belum mampu untuk case ini" bigbos menanggapi.

Sekitar 3 jam berlalu. Akhirnya Violet bisa bernafas lebih lega. Berhubung si bigbos memutuskan untuk terjun ke lapangan demi survey keluhan-keluhan pelanggan. Dan as usually, Violet sebagai penjaga kandang alias stay di kantor aja.

Tiba-tiba telp di mejanya berdering. "Halo.." mendadak Violet merasa merinding. Suara di ujung sana terasa sangat familiar di telinga Violet.

"iya, heiii...." mendadak rasa rindu menyeruak dalam benak Violet.
"sibuk nggak? mau nanya something" suara di ujung sana kembali terdengar
"hm.. nggak terlalu kok. Ada yang bisa kubantu?"
"Report yang diminta regional itu, dijadiin satu ama kamu ato sendiri-sendiri enaknya?"
"dijadiin satu aja gimana, kan bigbos nya sama"
"Baiklah kalo begitu, bentar lagi aku email ke kamu ya"
"Siap... i'm waiting"
"Makasih. Assalamualaikum"
"Sama-sama. Waalaikumsalam"

Violet meletakkan gagang telepon pada tempatnya setelah suara di ujung sana hilang dari peredarannya. Suara itu adalah suara reddy, cowok yang lagi deket ama violet. Belum ada komitmen diantara mereka, hanya sorot mata yang menunjukkan ada kedekatan dan keinginan lebih dekat terpancar. Pertemanan terjalin lebih dari 3 tahun telah memasuki tahap penumbuhan benih-benih cinta dalam diri violet. Namun sampai sekarang violet masih ragu, apakah benar rasa ini berbalas?

"aku akan buktikan ke kamu, dalam sebulan aku bisa dapetin cewek yang aku mau" reddy berucap kala candaan violet yang meragukan orientasi reddy pada wanita ataukan pada pria. Sejujurnya candaan itu tak ada maksud apapun, hanyalah gojlokan ringan karena violet tak pernah melihat si reddy jalan ama cewek manapun. Dan kebetulan pula si reddy nggak pernah cerita about cewek yang deket dengannya.
"hush...jangan kayak gitu. Jangan mempermainkan hati anak orang hanya untuk pembuktian aja. Aku tarik kembali deh kata-kataku. Kamu jantan kok... Hahahha" ujar violet kala itu.

Saat teringat dialog itu, violet kembali meragu. Rasa ini bener nggak ya? Rasa ini seharusnya ada nggak sih? Rasa ini harus kuteruskan tumbuh atau harus kupangkas sekarang?
"Let it flow aja deh, Toh rasa si reddy padanya juga belum tentu sejalan dengannya." kembali violet menekankan pemikiran dan persepsinya sendiri.

~~~ To Be Continued ~~~
 
Uniknya Memilih© DiseƱado por: Compartidisimo