"Oke lah.. Kamu pengen sarapan apa? Aku bawain ya"
"Hm...donat ajalah. Aku males sarapan nasi"
"Halah..kamu mesti kayak gitu. Nggak. Kamu harus sarapan. Aku bawain ntar"
"I'm on diet dan... Udah hampir berhasil nih"
"Nggak mau tahu. Aku bawain"
"Ahh...terserah deh"
"Siip..assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Seperti biasa, pertengakaran kecil tentang makan dan makan.Maklum aja, daniel ini sahabat karib si violet yang paling suka makan. Bukan makan nasi aja, tapi juga nyamil. Makhluk yang harus dijauhi buat yang lagi diet. Dengan mata merem melek, violet bergegas mandi dan ganti baju. Pagi itu,ia kenakan kaos joger putih yang dipadupadankan dengan rok kain merumbai.
Krriiinng... Ponsel violet berdering lagi. Nama Buncit jelek terpampang di layar ponselnya. "Udah nyampe lo?" Seru violet sesaat setelah menempelkan ponsel ke telinga.
"Iya nih, aku dibawah. Turun dunk, GPL neeek"
"Iyaa...cerewet. Aku bawa sendok ga nih"
"Kagak usah"
"Oyyiii" Klik...telepon diakhiri.
Violet keluar kos lengkap dengan persenjataan buat si daniel yang rajin menyambanginya di minggu pagi. Sebotol air minum dan kipas lipat.
"Nih donat. Katanya mau donat tadi" kata daniel sembari menyodorkan plastik berisi 5 biji donat.
"Gila lo..banyak bener. Dikira aku gentong apa?"
"Ah..lu kan kantong makanan. Ga usah jaim gitu beib. Hahaha"
"Sialan lu... Emang setan ni anak"
Terpaksa violet melahap 2 biji donat, padahal targetnya cuma sebiji. Dan senyum penuh kemenangan pun disajikan daniel.
Violet dan daniel pertama kenal semasa SMA, dan persahabatan terjalin semenjak mereka menempuh kuliah di universitas yang sama. Sejujurnya violet sempet ada rasa yang lain sama si daniel. Karena kebiasaan mereka yang kata temen kos violet, udah kayak orang pacaran aja. Bayangin aja, ketika si violet jatuh dari sepeda di kampus. Si daniel ini yang paling panik, mondar mandir kayak setrikaan di depan UGD. Bahkan dulu sempet si violet ceroboh menghilangkan kalung temen kampusnya, violet kena damprat abis-abisan karena ntuh barang. Tapi secara ajaib, mendadak si temen kampus ini berkata "ga usah dipikin vi.. ternyata udah ketemu kok. Keselip di tasku". Awalnya violet bersyukur, setidaknya bukan salahnya menghilangkan benda keramat itu. Dan baru ketahuan sebulan kemudian, ternyata si daniel mbeliin kalung baru buat si temen kampus dan menyuruh nya bilang ke violet kalo ntuh kalung dah ketemu. Terlalu romantis untuk ukuran seorang teman.
Wajar jika muncul gosip di seantero kampus, bahwa mereka udah jadian. Kadang geli sendiri violet kalo keinget pernah suka ato pernah digosipin jadian ma si daniel. "Apa kata dunia nantinya kalau aku sampe jadian ama cecunguk satu ini. Makan doank kerjaannya" pikir si violet sampai sedetik yang lalu.
"Aku suka ma kamu" ujar daniel pagi itu. Cukup mengagetkan dan membuat violet eselek donat pastinya.
"Haaahhh???? iya dah.. aku juga suka ma kamu. Kamu lucu sih" jawab violet dengan ekspresi bercanda.
"Gue serius vi....." kembali daniel berucap. Dan kali ini violet terdiam. Dia teringat rasa sukanya dulu. Rasa suka yang sempet ia pertanyakan apakah sudah benar pada posisinya. Rasa suka yang sempet diyakini terbalas, namun lenyap saat daniel berkata bahwa violet tampak seperti adiknya. Kenapa harus sekarang daniel mengungkapkan rasanya? Kenapa tidak saat violet memiliki rasa yang sama.
"vi...." daniel membuyarkan lamunan violet.
"Kenapa dan... kenapa sekarang lo bilang kayak gitu?" ada selusup penyesalan mengalir dalam diri violet. Bukan menyesal karena violet masih suka. Tapi menyesal karena dia harus mengecewakan sahabat terbaiknya. Teringat akan 2 bulan komitmen antara violet dan reddy telah terjalin.
"Gue merasa, gue ga mampu dan gue ga pantas buat lo vi. Namun ternyata ada rasa tidak rela kalo liat lo ama reddy. Mendengar cerita-cerita lo ma dia, bikin gue pengen lo tahu, bahwa gue...." lidah daniel tercekat. Suaranya menghilang dalam dera sesal yang amat sangat. Sesal itu terpancar jelas di matanya.
"Dulu gue pernah bilang, gue menyayangi lo sebagai adik. Saat itu gue ngrasa lo bakalan tetap menunggu. Menunggu gue menata hidup gue. Lo cewek idaman vi... semua yang ada di lo, masuk dalam kriteria gue" lanjut daniel, violet masih terpaku dengan apa yang didengarnya pagi itu.
"Lo cewek polos dalam cinta. Dan pintar dalam banyak hal. Sederhana dan mampu membuat gue tertawa. Sepi rasanya kalo nggak ada lo vi" ucapan daniel makin membuat lidah violet kelu.
Detik jam terus berputar, dan dua insan itu masih tetap terpaku dengan kediaman masing-masing.
"Maaf dan.... kenapa harus kayak gini.... Waktu lo memutuskan untuk mengatakan bahwa lo menyayangi gue sebagai adik, harusnya tetap lo pertahankan sampai sekarang dan bahkan nantinya" suara violet memecahkan keheningan diantara mereka.
"Gue tahu.. dan gue benar-benar tahu posisi lo sekarang. Lo udah jadian ama reddy. Gue sadar akan hal ini" Nada sesal makin kentara dalam suara daniel
"Lalu kenapa lo kayak gini sekarang?" setitik amarah terpancar dalam suara violet
"Karena gue merasa putus asa. Tiap kali lo cerita tentang reddy. Tiap kali melihat pancaran kebahagiaan di mata lo. Gue ngrasa....." suara daniel lagi-lagi tercekat.
"Thanks dan..... Setidaknya lo dan gue tahu, seperti apa hubungan kita setelah pernyataanmu ini" ada nada tegas dalam ucapan violet
"iya gue tahu..... Dengan menjadi teman lo, setidaknya nggak ada kata perpisahan nantinya. Nggak seperti pacar, selalu ada akhir dalam sebuah komitmen. Menikah atau putus, setidaknya dengan menjadi temen lo, gue bisa tetep di sisi lo." senyum mulai mengambang di wajah dua insan ini
"Thanks dan.... lo emang bestfriend gue" ujar violet.
Sejam setelah pernyataan itu, daniel berpamitan pulang. Sejenak mereka saling bertatap di ambang pintu. Tatapan "good bye" yang nggak akan pernah dilupakan oleh violet.
"Hm...donat ajalah. Aku males sarapan nasi"
"Halah..kamu mesti kayak gitu. Nggak. Kamu harus sarapan. Aku bawain ntar"
"I'm on diet dan... Udah hampir berhasil nih"
"Nggak mau tahu. Aku bawain"
"Ahh...terserah deh"
"Siip..assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Seperti biasa, pertengakaran kecil tentang makan dan makan.Maklum aja, daniel ini sahabat karib si violet yang paling suka makan. Bukan makan nasi aja, tapi juga nyamil. Makhluk yang harus dijauhi buat yang lagi diet. Dengan mata merem melek, violet bergegas mandi dan ganti baju. Pagi itu,ia kenakan kaos joger putih yang dipadupadankan dengan rok kain merumbai.
Krriiinng... Ponsel violet berdering lagi. Nama Buncit jelek terpampang di layar ponselnya. "Udah nyampe lo?" Seru violet sesaat setelah menempelkan ponsel ke telinga.
"Iya nih, aku dibawah. Turun dunk, GPL neeek"
"Iyaa...cerewet. Aku bawa sendok ga nih"
"Kagak usah"
"Oyyiii" Klik...telepon diakhiri.
Violet keluar kos lengkap dengan persenjataan buat si daniel yang rajin menyambanginya di minggu pagi. Sebotol air minum dan kipas lipat.
"Nih donat. Katanya mau donat tadi" kata daniel sembari menyodorkan plastik berisi 5 biji donat.
"Gila lo..banyak bener. Dikira aku gentong apa?"
"Ah..lu kan kantong makanan. Ga usah jaim gitu beib. Hahaha"
"Sialan lu... Emang setan ni anak"
Terpaksa violet melahap 2 biji donat, padahal targetnya cuma sebiji. Dan senyum penuh kemenangan pun disajikan daniel.
Violet dan daniel pertama kenal semasa SMA, dan persahabatan terjalin semenjak mereka menempuh kuliah di universitas yang sama. Sejujurnya violet sempet ada rasa yang lain sama si daniel. Karena kebiasaan mereka yang kata temen kos violet, udah kayak orang pacaran aja. Bayangin aja, ketika si violet jatuh dari sepeda di kampus. Si daniel ini yang paling panik, mondar mandir kayak setrikaan di depan UGD. Bahkan dulu sempet si violet ceroboh menghilangkan kalung temen kampusnya, violet kena damprat abis-abisan karena ntuh barang. Tapi secara ajaib, mendadak si temen kampus ini berkata "ga usah dipikin vi.. ternyata udah ketemu kok. Keselip di tasku". Awalnya violet bersyukur, setidaknya bukan salahnya menghilangkan benda keramat itu. Dan baru ketahuan sebulan kemudian, ternyata si daniel mbeliin kalung baru buat si temen kampus dan menyuruh nya bilang ke violet kalo ntuh kalung dah ketemu. Terlalu romantis untuk ukuran seorang teman.
Wajar jika muncul gosip di seantero kampus, bahwa mereka udah jadian. Kadang geli sendiri violet kalo keinget pernah suka ato pernah digosipin jadian ma si daniel. "Apa kata dunia nantinya kalau aku sampe jadian ama cecunguk satu ini. Makan doank kerjaannya" pikir si violet sampai sedetik yang lalu.
"Aku suka ma kamu" ujar daniel pagi itu. Cukup mengagetkan dan membuat violet eselek donat pastinya.
"Haaahhh???? iya dah.. aku juga suka ma kamu. Kamu lucu sih" jawab violet dengan ekspresi bercanda.
"Gue serius vi....." kembali daniel berucap. Dan kali ini violet terdiam. Dia teringat rasa sukanya dulu. Rasa suka yang sempet ia pertanyakan apakah sudah benar pada posisinya. Rasa suka yang sempet diyakini terbalas, namun lenyap saat daniel berkata bahwa violet tampak seperti adiknya. Kenapa harus sekarang daniel mengungkapkan rasanya? Kenapa tidak saat violet memiliki rasa yang sama.
"vi...." daniel membuyarkan lamunan violet.
"Kenapa dan... kenapa sekarang lo bilang kayak gitu?" ada selusup penyesalan mengalir dalam diri violet. Bukan menyesal karena violet masih suka. Tapi menyesal karena dia harus mengecewakan sahabat terbaiknya. Teringat akan 2 bulan komitmen antara violet dan reddy telah terjalin.
"Gue merasa, gue ga mampu dan gue ga pantas buat lo vi. Namun ternyata ada rasa tidak rela kalo liat lo ama reddy. Mendengar cerita-cerita lo ma dia, bikin gue pengen lo tahu, bahwa gue...." lidah daniel tercekat. Suaranya menghilang dalam dera sesal yang amat sangat. Sesal itu terpancar jelas di matanya.
"Dulu gue pernah bilang, gue menyayangi lo sebagai adik. Saat itu gue ngrasa lo bakalan tetap menunggu. Menunggu gue menata hidup gue. Lo cewek idaman vi... semua yang ada di lo, masuk dalam kriteria gue" lanjut daniel, violet masih terpaku dengan apa yang didengarnya pagi itu.
"Lo cewek polos dalam cinta. Dan pintar dalam banyak hal. Sederhana dan mampu membuat gue tertawa. Sepi rasanya kalo nggak ada lo vi" ucapan daniel makin membuat lidah violet kelu.
Detik jam terus berputar, dan dua insan itu masih tetap terpaku dengan kediaman masing-masing.
"Maaf dan.... kenapa harus kayak gini.... Waktu lo memutuskan untuk mengatakan bahwa lo menyayangi gue sebagai adik, harusnya tetap lo pertahankan sampai sekarang dan bahkan nantinya" suara violet memecahkan keheningan diantara mereka.
"Gue tahu.. dan gue benar-benar tahu posisi lo sekarang. Lo udah jadian ama reddy. Gue sadar akan hal ini" Nada sesal makin kentara dalam suara daniel
"Lalu kenapa lo kayak gini sekarang?" setitik amarah terpancar dalam suara violet
"Karena gue merasa putus asa. Tiap kali lo cerita tentang reddy. Tiap kali melihat pancaran kebahagiaan di mata lo. Gue ngrasa....." suara daniel lagi-lagi tercekat.
"Thanks dan..... Setidaknya lo dan gue tahu, seperti apa hubungan kita setelah pernyataanmu ini" ada nada tegas dalam ucapan violet
"iya gue tahu..... Dengan menjadi teman lo, setidaknya nggak ada kata perpisahan nantinya. Nggak seperti pacar, selalu ada akhir dalam sebuah komitmen. Menikah atau putus, setidaknya dengan menjadi temen lo, gue bisa tetep di sisi lo." senyum mulai mengambang di wajah dua insan ini
"Thanks dan.... lo emang bestfriend gue" ujar violet.
Sejam setelah pernyataan itu, daniel berpamitan pulang. Sejenak mereka saling bertatap di ambang pintu. Tatapan "good bye" yang nggak akan pernah dilupakan oleh violet.