Serakah itu sifat dasar manusia. Dan itu bisa muncul kapan
saja. Sekalinya muncul bisa menjadi posistif ataupun negative bagi si
pemiliknya.
Aku.. pernah menjadi korban dari keserakahan. Seiring
berjalannya waktu lah yang memunculkan penyesalan itu. Dulu… aku pernah
diterima bekerja di sebuah BUMN yang ternama dengan status outsosurcing. Kala
itu kesombongan dan keserakahan menggelora dalam jiwa ku. Sombong dengan ijazah
S1 yang kudapatkan dengan keringatku sendiri membuatku enggan dengan status
outsource. Dan serakah karena aku lolos tes BUMD yang notabene belum tentu
diterima kala itu membuatku mantap melepaskan rejeki yang sudah ada ditanganku.
Bahkan sebelum aku menolak rejeki ini, sudah kulakukan
sholat istikhoroh berulang kali. Dan sebenarnya hasilnya adalah seharusnya aku
mengambil rejeki ini. Entah setan darimana yang membuatku membaca petunjuk itu
ke arah yang sebaliknya.
Penyesalan makin bergelayut ketika sekarang aku hamil. Aku
pun mulai merasakan bingung menemukan cara agar bisa mendapatkan rejeki di kampung
halaman. Naluri keibuan yang berharap bisa merawat anak dengan tangan sendiri
membuatku makin kelimpungan menghadapi hari-hari persalinan yang makin
mendekat.
Memohon ampun padaNYA rasanya nggak cukup mengobati rasa
penyesalanku. Entahlah…
Dan sekarang aku harus menghadapi rekan kerja yang tidak
terlalu percaya dan menghargaiku, mungkin merupakan hukuman atas
kekhilafanku itu. Ga sepantasnya aku mengeluh kan? Huallah hualam…
Sekarang yang bisa kulakukan hanyalah menunggu waktu memberi
jawaban atas penyesalanku ini. Apa yang paling pantas aku dapatkan dari
kebodohanku ini. Pasrah……